23.57 -
islami
No comments
makmum masbuk menjadi imam (makmum dibelakang makmum masbuk) bolehkah.....?
Seringkali kita menyaksikan hal ini di masjid-masjid. Ketika imam
selesai salam, ada jama’ah yang telat, lantas ia bermakmum di belakang
makmum masbuk (yang sudah shalat dengan imam pertama). Bolehkah
bermakmum semacam ini? Mari kita lihat penjelasan dari ulama besar,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni yang digelari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya,
عَنْ رَجُلٍ أَدْرَكَ مَعَ الْجَمَاعَةِ رَكْعَةً فَلَمَّا سَلَّمَ الْإِمَامُ قَامَ لِيُتِمَّ صَلَاتَهُ فَجَاءَ آخَرُ فَصَلَّى مَعَهُ فَهَلْ يَجُوزُ الِاقْتِدَاءُ بِهَذَا الْمَأْمُومِ؟
“Ada seseorang yang mendapati jama’ah tinggal satu raka’at. Ketika
imam salam, ia pun berdiri dan menyempurnakan kekurangan raka’atnya.
Ketika itu, datang jama’ah lainnya dan shalat bersamanya (menjadi makmum
dengannya). Apakah mengikuti makmum yang masbuk semacam ini
dibolehkan?”
Jawaban beliau rahimahullah,
Mengenai shalat orang yang pertama tadi ada dua pendapat di madzhab Imam Ahmad dan selainnya. Akan tetapi pendapat yang benar, perbuatan semacam ini dibolehkan. Inilah yang menjadi pendapat kebanyakan ulama. Hal tadi dibolehkan dengan syarat orang yang diikuti merubah niatnya menjadi imam dan yang mengikutinya berniat sebagai makmum.
Namun jika orang yang mengikuti (yang telat datangnya tadi) berniat
untuk mengikuti orang yang sudah shalat bersama imam sebelumnya (makmum
masbuk), sedangkan yang diikuti tersebut tidak berniat menjadi imam, maka di sini ada dua pendapat mengenai kesahan shalatnya:
Pendapat pertama:
Shalatnya sah sebagaimana pendapat Imam Asy Syafi’i, Imam Malik dan
selainnya. Pendapat ini juga adalah salah salah pendapat dari Imam
Ahmad.
Pendapat kedua:
Shalatnya tidak sah. Inilah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad.
Alasan dari pendapat kedua ini, orang yang menjadi makmum pertama kali
untuk imam pertama (makmum masbuk), setelah imam salam, maka ia
statusnya shalat munfarid (sendirian).
Lalu mengenai makmum masbuk tadi yang menyelesaikan shalatnya, semula
ia shalat munfarid, ia boleh merubah niat menjadi imam bagi yang lain
sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadi
imam bagi Ibnu ‘Abbas tatkala sebelumnya beliau niat shalat munfarid.
Seperti ini dibolehkan dalam shalat sunnah sebagaimana disebutkan dalam
hadits Ibnu ‘Abbas tersebut. Hal ini pun menjadi pendapat Imam Ahmad dan
ulama lainnya. Namun disebutkan dalam madzhab Imam Ahmad suatu
pendapat yang menyatakan bahwa seperti ini dalam shalat sunnah tidak
dibolehkan. Sedangkan mengikuti shalat makmumm masbuk dalam shalat
fardhu, maka di sini terdapat perselisihan yang masyhur di kalangan para
ulama. Akan tetapi, yang benar adalah bolehnya hal ini dalam shalat
fardhu maupun shalat sunnah karena yang diikuti menjadi imam dan itu
lebih banyak daripada kedaannya shalat munfarid. Oleh karena itu,
mengalihkan dari shalat sendirian menjadi imam, itu tidaklah terlarang
sama sekali. Berbeda halnya dengan pendapat pertama tadi (yang
menyatakan tidak bolehnya). Wallahu a’lam.
Demikian sajian singkat ini dari Majmu’ Al Fatawa (22/257-258). Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar